Minggu, 06 Mei 2012

REOG "HAMPIR TERLUPAKAN" (MANUSIA DAN KEBUDAYAAN)

Ada beberapa versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok. Menurut cerita, kelahiran kesenian Reog dimulai pada tahun Saka 900, dilatarbelakangi kisah tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana, Raja Kerajaan Bantarangin yang sedang mencari calon permaisurinya. Bersama prajurit berkuda, dan patihnya yang setia, Bujangganong. Akhirnya gadis pujaan hatinya telah ditemukan, Dewi Sanggalangit, putri Kediri. Namun sang putri menetapkan syarat agar sang prabu menciptakan sebuah kesenian baru terlebih dahulu sebelum dia menerima cinta sang raja. Maka dari situlah terciptalah kesenian Reog. Bentuk Reog pun sebenarnya merupakan sebuah sindiran yang maknanya bahwa sang raja (kepala harimau) sudah disetir atau sangat dipengaruhi oleh permaisurinya (burung merak). Tentu masih segar diingatan kita bagaimana banyak masyarakat indonesia yang mendadak gempar dan marah saat budaya warisan bangsa mendadak diakui oleh negara lain yaitu malaysia. Reog ponorogo salah satu diantaranya. Reog merupakan salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Masalah hak milik atas warisan budaya ini sebenarnya sudah lama berada di kedua negara, hal ini yang menjadi salah satu penyebab ketegangan dalam hubungan Indonesia-Malaysia belakangan ini. Hubungan yang menimbulkan masalah ini menjadi isu yang hangat dibicarakan di Indonesia, sehingga banyak menerima perhatian media dan malah dijadikan tema utama dalam beberapa buku populis yang diterbitkan belakangan ini dengan berbagai judul. Ditengah-tengah budaya barat yang terus-menerus merasuk ke bangsa kita, memang sulit mempertahankan kesenian tradisional seperti Reog. Keberadaan reog di masa depan ditentukan generasi muda itu sendiri, bagaimana mereka mau menghargai dan sampai kapan terus melestarikannya di tengah berbagai pengaruh modernitas yang terus masuk. sumber : http://hatesystem.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar